:)

:)

Sabtu, 06 Agustus 2011

TUGAS PENGUKURAN PEMETAAN KADASTERAL

TUGAS KELOMPOK

PENGUKURAN PEMETAAN KADASTRAL

PENGENALAN DAN APLIKASI GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYSTEM (GNSS) CONTINUOSLY OPERATING REFERENCE STATIONS (CORS)

PADA BPN RI






PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi pengukuran dan pemetaan berbasis satelit, tidak terlepas dari kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Dengan adanya kemajuan teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kapasitas pelayanan pertanahan, khususnya di Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan. Guna memperlancar dan meningkatkan pelayanan tersebut perlu disiasati dengan memanfaatkan teknologi satelit penentuan posisi yaitu dengan menggunakan teknologi Continuosly Operating Reference Stations (CORS) / Jaringan Satelit Pertanahan Indonesia (JRSP) .

Secara prinsip, CORS yang merupakan jalinan beberapa stasiun referensi Global Navigation Satellite System (GNSS) permanen (base station), dapat merekam data ephemeris GNSS secara kontinyu, lalu disimpan dalam server dan dihitung secara teliti menghasilkan koreksi-koreksi yang dapat diberikan secara real time kepada receiver GNSS pengguna (rover) melalui sistem komunikasi NTRIP, guna mendapatkan koordinat secara cepat dengan ketelitian yang dapat dipertanggungjawabkan bagi kegiatan Pengukuran dan Pemetaan bidang tanah dalam rangka legalisasi asset (penerbitan sertipikat Hak Atas Tanah).

Sejak diberlakukannya PP 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah dan Peraturan pelaksanaannya, maka Geodesi Satelit ini sudah dipakai BPN RI dalam pelaksanaan Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan khususnya dalam penentuan Posisi Titik Dasar Teknik Orde 2 dan orde 3 . Dimulai Tahun 2009, Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan menginisiasi penggunaan Geodesi Satelit dengan applikasi Networked Real Time Kinematik (NRTK) atau CORS yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia Jaringan Referensi Satelit Pertanahan (JRSP). Sehingga ilmu Geodesi Satelit ini sangat relevan untuk dipelajari oleh semua juru ukur Pertanahan diseluruh Indonesia.


B. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun Maksud dan Tujuan penyusunan Makalah ini adalah :

1. Sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Pengukuran Pemetaan Kadastral

2. Agar Mahasiswa dapat menambah pengetahuannya tentang sejauh mana penggunaan Global Navigation Satellite System (GNSS) CORS pada BPN RI

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan koordinat batas bidang tanah hasil pengukuran menggunakan GNSS CORS yang dibandingkan dengan koordinat bidang tanah hasil pengukuran konvensional.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana aplikasi GNSS CORS pada BPN RI

2. Apa saja hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pengukuran pemetaan sehingga dibutuhkan pengenalan dan aplikasi terhadap teknologi terbaru(GNSS CORS) untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.


PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit Global Navigation Satellite System (GNSS) memunculkan sistem pengadaan titik kontrol dasar modern sebagai referensi penentuan posisi untuk pengukuran dan pemetaan yang barsifat aktif, terus menerus dan dapat diakses secara real time. Sistem titik kontrol modern tersebut adalah CORS yang merupakan kependekan dari Continuosly Operating Reference Stations. Di berbagai negara, CORS telah berkembang pesat dan pemanfaatannya selain untuk titik kontrol/referensi yang bersifat aktif dalam survei pemetaan juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi.

Di BPN-RI (Badan Pertanahan Nasional RI) telah mulai dikembangkan CORS yang dikenal dengan JRSP (Jaringan Referensi Satelit Pertanahan). Teknologi sistem JRSP ini baru mulai dikembangkan untuk Pulau Jawa dan Bali. Pada tahun anggaran 2010 telah dipasang 40 stasiun CORS/JRSP di Jawa dan Bali yang akan digunakan sebagai referensi aktif dan real time untuk mendukung program-program pertanahan seperti LARASITA. Karena teknologi ini relatif baru maka perlu disiapkan surveyor-surveyor modern di BPN yang harus bisa memanfaatkan CORS/JRSP tersebut.

A. Karakteristik GPS/GNSS

Global Positioning Systems (GPS) dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan dan waktu secara akurat yang dibagi dalam 3 (tiga) segmen GPS yaitu : Segmen Satelit, segmen Pengguna (receiver), dan segmen Kontrol. Satelit memancarkan sinyal dan data ke permukaan bumi yang diterima oleh receiver GPS dalam penentuan posisi yang terlebih dahulu sudah di centring ke suatu posisi tertentu. Dengan diketahuinya posisi satelit GPS di ruang angkasa dan diukurnya jarak antara satelit dan receiver, maka dapat ditentukan koordinat receiver dimaksud.

Segmen control satelit terletak di 4 (empat) lokasi yang menyebar diseluruh dunia dengan master kontrolnya berada di Colorado Spring, USA. Segmen Kontrol bertugas memelihara satelit GPS termasuk kesehatannya yaitu apakah berfungsi secara baik atau tidak. Selain itu juga segmen control ini menjaga agar posisi posisi satelit tidak keluar dari posisi yang telah ditentukan sebelumnay., menjaga agar semua komponen yang ada di satelit bekerja sebagaimana mestinya dan menentukan serta menjaga waktu sistim GPS.

Segmen pengguna adalah juru ukur yang memakai receiver GPS/GNSS dalam berbagai keperluan seperti Perhubungan, Pemetaan, Pendaftaran Tanah, Pertambangan, dll. Kegiatan utama dari segmen pengguna ini adalah : menerima (mengkoleksi) sinyal/Data GPS/GNSS dengan cara mengokupasi suatu titik yang akan ditentukan posisinya, Mengolah data yang dikoleksi untuk menentukan possi absolute (satu receiver) dan posisi relative (differensial/dua alat receiver), dan mendapatkan informasi tentang waktu berupa oscillator yang sangat teliti dan di relatifkan dengan sistim waktu tertentu.

Kegunaan dan kelebihan GPS/GNSS dari penentuan posisi lainnya adalah :

Dapat mengukur jarak panjang secara tidak langsung( lebih dari 2 km), hal ini tidak dapat dilakukan oleh EDM atau Total Stasion) dan tidak memerlukan saling melihat antar titik yang diukur (perhatikan Gambar 1.)

Gambar 1. Penentuan Jarak antara dua titik dibalik gunung

Juru ukur BPN tidak dapat memanipulasi data. Biasanya data-data ukuran polygon sudut dan jarak, dapat disesuaikan dengan besar koreksi yang diinginkan.

Hasil ketelitian jarak cukup teliti dalam fraksi mm (millimeter).

Pelaksanaan Pengukuran dapat dilangsungkan dalam 24 jam sehari (berarti malam dapat dilakukan pengukuran).

Operasional Pengukuran tidak tergantung cuaca (baik hujan maupun panas hari).

Disamping kelebihan-kelebihan diatas , GPS/GNSS memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut:

Sistim GPS/GNSS belum dapat digunakan didalam ruangan tertutup atau dibawah pohon yang rindang atau dibawah hutan yang lebat. Hal ini disebabkan oleh terhambatnya propagasi (berjalannya) gelombang dari satelit ke receiver.

Pemancaran sinyal dan data GPS/GNSS diatur oleh pemiliknya masing-masing sehingga pemakai receiver GPS/GNSS sangat tergantung kepada pemilik Sistim.

Diperlukan biaya yang besar untuk mendidik dan melatih juru ukur BPN RI untuk memahami teknologi ini.

Pemakaian Sistim ini pada daerah yang padat gedung bertingkat akan mengalami kesulitan karena adanya pantulan gelombang yang mengakibatkan efek multipath, dimana hal ini sangat mempengaruhi ketelitian posisi titik yang diukur.

Perbedaan antara pengukuran metode konvensional apabila dibandingkan dengan penggunaan aplikasi GNSS CORS lebih jelas lagi dapat dilihat pada tabel berikut :

No.

Matriks Pembanding

Pengukuran Konvensional

Pengukuran Modern

1.

Alat yang digunakan

TS, teodolit, kompas, mid ban

GNSS receiver dan kombinasi

2.

Pengikatan

TDT orde sama / lebih tinggi

Tidak perlu pengikatan TDT

3.

Proses ukuran

Di kantor

Real time di lapangan

4.

Jumlah SDM

Minimal 3 (1 JU, 2 PU)

1 orang (JU)

5.

Potensi kesalahan

Acak, alat, SDM, rambat

Juru Ukur

6.

Referensi koordinat

Lokal

Global dan TM3

7.

Efisiensi

Rendah

Tinggi

B. Metoda Penentuan Posisi dengan GPS/GNSS

Metoda Penentuan Posisi yang berlaku secara umum dengan menggunakan Sistim GPS/GNSS berdasarkan kegunaannya (tingkat akurasinya) dibagi menjadi keperluan Survey dan Navigasi. Metoda yang dapat dipakai untuk kedua keperluan tersebut adalah metoda Absolut dan metoda relative (Differensial). Metoda- Diferensial dibagi menjadi dua yaitu Metoda Post Processing dan metoda Real Time (Kinematik satu Statik). Metoda Post Processing dapat dibagi menjadi metoda: Metoda Statik, Rapid Statik, Stop and Go, Pseudo Kinematik dan Kinematik. BPN RI pada pelaksanaan pengukurannya umumnya menggunakan Metoda Differensial Statik (Untuk Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik Orde 2 dan Orde 3) dan metoda Real Time Kinematik (RTK) yang pada saat ini sedang dikembangkan dalam rangka Pengukuran Dasar dan Pengukuran lainnya termasuk pengukuran Bidang Tanah. Kedua Metoda yang dipakai di BPN RI tersebut akan dibahas lebih dalam pada bagian lain.

Metoda Penentuan Posisi Kinematik dipakai untuk menentukan posisi dan kecepatan sesuatu benda yang bergerak seperti pesawat terbang dan kapal laut. Metoda ini dapat dlakukan secara Real Time Kinematik (RTK) atau Post Processing. Metoda Real time Kinematik langsung menghasilkan harga koordinat posisi dan kecepatan sesuatu benda yang bergerak secara langsung pada saat itu juga. Sedangkan metoda Processing memerlukan waktu untuk memproses data yang dikoleksi pada sesuatu benda yang bergerak dan data yang dikoleksi pada stasiun referensi pada durasi dan epok yang sama, kemudian datanya diolah dengan menggunakan software applikasi untuk menentukan besar vector base line serta posisi relative terhadap sistim koordinat tertentu.

Penentuan posisi dengan metoda Rapid Statik menggunakan dua alat receiver dimanasatu diam dan satu bergerak gerak berpindah dfari satu titik ke titik lainnya tetapi dengan waktu okupasi pada titik tersebut cukup singkat yaitu antara 5 sampai dengan 10 menit. Metoda ini dapat dipakai untuk penentuan posisi dengan ketelitian centimeter.

Penentuan Posisi dengan metoda Pseudo Kinematik menerapkan dua sesi okupasi data pada titik yang sama secara singkat (5 menit), dengan perbedaan satu sesi dengan lainnya kurang lebih 1 (satu) jam. Hal ini dimaksudkan agar kedua sesi pengamatan dilakukan pada dua geometric satelit yang berbeda.

Penentuan Posisi dengan metoda Stop and Go dilakukan dengan receiver GPS/GNSS yang bergerak dari satu titik ke titik lainnya, tetapi selama perjalanan dari satu titik ke titik lainnya receiver tetap melakukan koleksi data. Ukopasi pada titik yang akan ditentukan posisinya adalah kurang lebih 10 sampai dengan 15 detik. Metoda ini sangat memerlukan geometri Satelit yang sangat baik (satelit tidak berkumpul pada satu areal yang sempit) dalam rangka untuk mendapatkan hasil posisi yang baik.

C. Penentuan Posisi di BPN RI

Penentuan Posisi dengan menggunakan Sistim Satelit GPS/GNSS yang sudah biasa dilakukan di BPN RI adalah dua metoda sebagai berikut:

 Metoda Differensial Statik.

 Metoda Real Time Kinematik (RTK).

Metoda Differensial Statik bisanya dipakai dalam penentuan posisi Titik Dasar Teknik Orde 2 dan 3 dan metoda ini sudah dipakai sejak berlakunya PP 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Metoda Real Time Kinamatik yang dipakai di BPN RI adalah metoda penentuan Posisi dengan GNSS CORS (Global Navigation Sateellite Systems Continuously Operating Reference Stations) yang sudah dipasang 3 (tiga) stasiun referensi di Jabodetabek dan 37 (tiga puluh tujuh) stasiun Referensi lainnya yang tersebar di pulau Jawa dan Bali. Sehingga, Pulau Jawa sudah dapat menggunakan teknologi ini baik untuk Pengukuran Kawasan dan Wilayah Administrasi. Fasilitas GNSS CORS yang sudah terbangun ini dapat digunakan untuk pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan dengan metoda Post Processing dan Real Time.

Metoda Post Processing yaitu Metoda Pengukuran GNSS CORS dimana hasil koordinat yang diukur tidak secara seketika didapatkan tetapi dengan melalui tahapan setelah pelaksanaan koleksi data dilakukan. Data yang dikoleksi pada GNSS Rover pada titik titik tertentu telah memiliki epok dan durasi koleksi data tertentu pula. Pada epok dan durasi yang bersamaan data efemeris yang ditangkap pada stasiun referensi dan di koleksi pada server stasiun Pengontrol (Direktorat Pengukuran Dasar) dapat didownload pada Komputer yang telah memiliki Software Pengolah Data GNSS (contoh SKIPRO), sehingga dengan demikian dapat dihitung besar vector antara titik Stasiun Referensi (yang sudah mempunyai koordinat defenitif), sehingga otomatis koordinat titik titik yang diukur dapat dihitung koordinatnya relative terhadap titik titik Stasiun Referensi.

Pelaksanaan Pengukuran Real Time dengan menggunakan GNSS CORS yaitu menghitung dan menentukan koordinat titik-titik yang diokupasi (diukur) dengn menghasilkan koordinat differensial (teliti) terhadap titik Stasiun Referensi secara langsung (real time) terekam di Rover GNSS CORS. Pertama-tama Rover menghasilkan koordinat Absolut secara single positioning, posisi absolute kemudian dikirim ke server. Pada saat yang bersamaan Semua Stasiun Referensi yang telah memiliki koordinat defenitif mengirim data efemeris ke server kemudian data tersebut diolah dengan software applikasi ( misalnya SPIDER) dan akan menghasilkan koreksi yang akan diberikan kepada posisi absolute pada Rover. Pengiriman Data data efemeris maupun koreksi tersebut memerlukan sarana komunikasi data melalui jaringan Internet. Pada bagian Mata Ajar lain anda akan melakukan pengukuran penentuan posisi dengan metoda GNSS CORS baik secara post processing maupung Real Time Kinematik.

Metoda Penentuan Posisi secara Real Time Kinematik dibagi dalam dua bagian yaitu Single RTK dan Network RTK. Single RTK yaitu penentuan posisi titik dimana besarnya koreksi yang diberikan terhadap posisi absolutenya hanaya ditentukan oleh satu satsiun Referensi. Ketelitian dari hasil Penentuan Posisi dengan metoda Single RTK ini tergantung dari jarak antara Rover (titik yang ditentukan posisinya) dan Stasiun Referensi yang memberikan besar koreksi terhadap posisi Rover, biasanya diberikan dalam bentuk 10 mm ± 1 ppm (part per million) untuk X dan Y, sedangkan untuk ketelitian tinggi (Z) biasanya 30 mm ± 5 ppm (tergantung jenis dan merek alat yang digunakan). Metoda Network RTK yaitu penentuan posisi suatu titik di lapangan dengan memberikan koreksi kepada hasil koordinat absolut pada titik tersebut, dimana koreksi tersebut didapatkan dari hasil pengolahan data efemeris dari semua Stasiun referensi diwilayah yang bersangkutan yang di hitung dengan software aplikasi pada server stasiun pengendali. Pengiriman Data efemeris dari stasiun referensi ke server stasiun pengendali dapat menggunakan jaringan internet dan menghasilkan koreksi (koreksi besaran absolute ke besaran differensial antara rover dan stasiun referensi). Pengiriman posisi absolute suatu Rover ke stasiun pengendali dan pengiriman koreksi dari Server stasiun pengendali ke rover biasanya mengunakan mobile phone yang memiliki fasilitas GPRS (General Package Radio Service).


Sehingga Pembangunan CORS di BPN RI dapat dilihat dari bagan berikut :




Pemanfaatan penggunaan GNSS CORS pada BPN RI adalah untuk percepatan penyajian data spasial dalam rangka mendukung:

Penyelesaian sengketa pertanahan.

Percepatan kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah.

Program – program unggulan BPN-RI :

1. Legalisasi Aset

2. Penertiban Tanah Terlantar

3. Reforma Agraria

4. LARASITA


PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tertib administrasi bidang di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah No 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Hal – hal yag dilakukan pada kegiatan pendaftaran tanah yang meliputi kegiatan pengukuran, pemetaan bidang tanah, dan pembukuan tanah yang direalisasikan dengan dilakukannya pengadaan titik dasar teknik nasioanal orde 0, 1, 2, 3, dan orde 4 oleh suatu instansi pemerintah yaitu BPN RI dan Bakosurtanal.

Hambatan utama dalam kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah di Indonesia adalah kurang tersedianya titik dasar teknik yang digunakan sebagai titik ikat dalam kegiatan tersebut. Selain itu, jumlah sumber daya manusia yang sedikit dan luasnya wilayah Indonesia menjadi faktor penghambat lain yang menyebabkan pemetaan bidang di Indonesia tidak berjalan secara optimal.

Dalam melaksanakan tugas pemetaan bidang tanah, BPN (Badan Pertanahan Nasional ) juga dihadapkan pada kendala dan masalah yang berakibat pada belum terdaftarnya seluruh bidang tanah di wilayah Indonesia.

Pemetaan bidang di Indonesia dapat dikatakan sangat lambat karena masih banyak sekali bidang tanah yang belum terpetakan dan terdaftar sehingga menyusahkan beberapa pihak instansi untuk melakukan pengembangan untuk fungsi bidang tanah tersebut.Pemetaan bidang yang dilakukan oleh instansi pemerintah BPN masih menggunakan metode yang konvensional, sehingga pelaksanaan lebih lama, biaya lebih mahal dan tidak efisen.Selain itu kendala lainnya dalam pengukuran bidang tanah di Indonesia adalah penyediaan dan persebaran Titik Dasar Teknik yang digunakan sebagai referensi pengukuran bidang tanah yang belum mencakup seluruh wilayah Indoensia.

Di Indonesia penggunaan peta bidang sebagian besar hanya digunakan untuk keperluan pendaftaran tanah dan penghitungan nilai pajak.Sehingga peta bidang yang dibuat kebanyakan belum mencakup seluruh kawasan Indonesia.Sampai saat ini peta bidang tanah belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal selain untuk dua fungsi utama yang telah sebutkan di atas.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukanlah pengukuran dengan menggunakan salah satu teknologi pemetaan yang mulai dikembangkan di Indonesia yaitu aplikasi GNSS CORS(Global Navigation Sattelite System Continuously Operating Reference Stations). Banyak dari instansi pemerintah maupun swasta yang mengembangkan teknologi ini untuk kebutuhan rekayasa dan penelitian yang berkaitan dengan posisi.

Pengukuran dengan metode ini dapat menghasilkan bidang tanah pada daerah terbuka (persawahan) 6 sampai 7 kali lebih cepat dari metode konvensional.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan hal sebagai berikut :

1. Berdasarkan peraturan, teknologi CORS tidak bertentangan dengan peraturan yang ada dan dimungkinkan untuk dimanfaatkan dalam pelaksanaan program-program pertanahan.

2. Berdasarkan pertimbangan teknis, CORS layak digunakan.

3. Secara administrasi pertanahan, CORS memenuhi syarat.

4. Dari aspek ekonomi, pemanfaatan teknologi CORS nilainya lebih efisien dibandingkan dengan metode konvensional.

5. Secara teknis pengukuran dan pemetaan dengan teknologi CORS, lebih produktif dan efektif/tepat guna dibandingkan dengan metode lainnya.

6. Dibandingkan dengan sistem konvensional, teknologi CORS manfaatnya lebih besar.

B. SARAN

Perlu integrasi komunikasi data CORS dan LARASITA yang dikelola oleh BPN Pusat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar